Untuk Xiaoting

Orang bilang memperjuangkan cinta adalah gambaran dari ketulusan dan keseriusan, setidaknya dengan begitu orang yang kita cintai akan menyadari betapa besar perjuangan yang kita lalui hanya untuk mendapatkan sebuah balasan dari perasaannya itu. Namun pada kenyataan tak semua cinta akan terbalasakan. Perjuangan panjang dan melelahkan sudah dilakukan selama beberapa tahun ini hanya untuk mendapat balasan dari orang yang teramat dicintai, namun hingga detik ini tak ada sedikitpun perubahan dari hubungan pertemanan ini.

Menjadi selalu ada adalah pilihannya untuk tetap berada di sisi yang dicintai, dengan begitu harapannya hanya satu yaitu pada akhirnya cintanya bisa terbalaskan, semua orang pasti tau jika cinta bertepuk sebelah tangan itu sungguh tak mengasikan sekali untuk dirasakan.

Sampai kapan? Entahlah karena tak ada yang bisa menjawabnya sama sekali termasuk orang yang sedang merasakan jatuh cinta dengan bodoh ini. Beberapa minggu lalu terjadi sebuah pertengkaran yang akhirnya salah satu dari mereka memilih untuk pergi salah satu alasan karena cinta dan pengorbanannya selama ini tak dihargai sama sekali, hingga akhirnya berhasil menjauh selama beberapa hari sebelum akhirnya dia datang dan meminta maaf kembali meruntuhkan benteng yang sudah dibuat sekokoh mungkin.

“Ka ko ngelamun?” Sapa seseorang yang baru saja datang.

“Mikirin kamu kapan mau balas perasaan aku.” Jawabnya acuh dan kembali melanjutkan merias wajah cantiknya itu.

“Ka please cukup! Kakak tau kan aku ga mungkin sama kakak.” Gadis yang lebih muda mulai tersulut emosinya.

Sedangkan gadis yang lebih tua hanya terkekeh gemas dengan jawaban gadis yang ia cintai itu. Entah keberapa ribu kalinya hal seperti ini terjadi pada mereka.

“Serius banget sih Shen Xiaoting, bisa lebih santai ga sih jadi orang, heran deh sama kamu. Udah aku bilang semua omongan aku jangan didengerin, aku cuma becandaan ko.” Setelah mengatakan itu ia langsung bangun dan mengambil tasnya.

“Ka Yujin tau kan aku sensitif masalah perasaan gini, tolong jangan buat aku jadi ga nyaman terus-terusan ka.” Jawab Xiaoting yang akhirnya pergi dari kamar Yujin.

Ya mereka adalah Xiaoting dan Yujin, dua gadis cantik yang tinggal satu atap sejak 2 tahun lalu. Mereka memang berbagi rumah demi mengirit uang. Yujin yang sudah bekerja sedangkan Xiaoting masih kuliah. Awalnya Yujin adalah kakak tingkat Xiaoting di kampus namun saat ini Yujin sudah lulus dan bekerja di salah satu sekolah menengah pertama sebagai guru.

“Ting aku berangkat kerja dulu ya, aku udah buatin kamu sarapan ko. Kalau mau dijemput chat aja ya nanti.” Pamit Yujin di depan kamar Xiaoting, sengaja tak mengetuk dan masuk karena ia tau kondisi hati Xiaoting sedang tidak baik-baik saja.

Yujin mengendarai motornya menuju sekolah tempatnya mengajar, hatinya selalu merasakan sakit karena sikap Xiaoting yang selalu seperti itu padanya, Yujin ingin sekali menyerah namun hatinya tak bisa melakukan itu sama sekali, cintanya pada Xiaoting begitu besar membuat Yujin memilih bertahan dengan terus memperlakukan Xiaoting bak ratu.

Tak lama akhirnya Yujin sampai di sekolah, ia langsung tersenyum karena sahabatnya juga baru saja sampai di sekolah.

“Shiro...” Panggil Yujin pada Mashiro gadis yang lebih muda darinya namun sudah menjadi sahabatnya sejak mereka kuliah.

“Ka, Xiaoting lagi? Kusut banget mukanya kaya baju belum disetrika.” Ledek Mashiro karena ia tau sahabatnya pasti kembali terluka.

“Ya udahlah ga apa-apa, emang susah banget naklukin hati dia.” Jawab Yujin dengan membuka jaketnya.

Mereka berdua berjalan menuju ke ruang guru, waktu masih cukup banyak untuk mereka sarapan terlebih dahulu, kebetulan Yujin sudah memasak nasi goreng untuknya dan Mashiro.

“Udah sih ka lupain aja, toh si bodoh itu masih ngarepin Yurina. Padahal si Yurina udah nolak dia. Bodoh banget sih ada yang tulus sayang malah ngarepin Yurina terus.” Lanjut Shiro yang tau semua akan kisah sahabatnya itu.

“Aku mau nyerah tapi susah banget.” Jawab Yujin lagi.

“Ka Yujin!” Panggil seseorang dari belakang.

Yujin dan Shiro langsung mencari suara tersebut dan mereka kaget setelah melihat siapa orang yang memanggil Yujin. Xiaoting berdiri di depan gerbang entah sedang apa, Yujin yang melihat itu langsung tersenyum dan menghampiri Xiaoting.

“Ada apa Ting? Ngapain ke sini?” Tanya Yujin dengan ramah pada adik yang ia cintai itu.

“Maksud kakak apa buat nasi goreng terus telurnya dibentuk love? Kakak juga cuci semua baju kotor aku. Ka sumpah demi Tuhan makin hari aku makin ga nyaman sama kelakuan kakak, aku makin muak sama kakak! udah aku bilang aku ga suka sama kakak dan ga akan mungkin mau sama kakak, kakak bisa ga sih sadar diri?” Xiaoting mengungkapkan semua isi hatinya karena terlampau emosi, Xiaoting bosan mempringati Yujin yang terus bersikap seperti ini tanpa Xiaoting sadari jika ia sudah melukai perasaan Yujin.

“Udah aku bilang apapun yang aku lakuin ga usah kamu anggap, aku emang cinta banget sama kamu Ting tapi aku ga berharap lebih sama kamu, aku sadar diri aku emang ga pantes buat kamu, Yurina jauh lebih segalanya dibanding aku. Tapi bisa ga sih kamu sedikit aja hormatin perasaan aku? Hormatin aku orang yang lebih tua dari kamu? Aku kecewa banget sama kamu Ting!” Yujin langsung pergi menghampiri Shiro dengan air mata yang tak bisa ia bendung, Xiaoting menyakitinya bahkan lebih dalam dari biasanya. Yujin lelah dan ingin menyerah.

Xiaoting hanya diam menatap kepergian Yujin, Xiaoting baru menyadari jika semua ucapannya terlalu kasar dan berlebihan pada gadis yang sudah sangat baik padanya selama ini. Xiaoting menyesal membuat Yujin menangis karena ucapannya itu. Ingin sekali Xiaoting mengejar Yujin namun tak mungkin mengingat ini adalah sekolahan.

Akhirnya Xiaoting memilih untuk pergi ke kampus, dalam perjalanan ia mengingat semua kisahnya dengan Yujin. Yujin selalu merawatnya dengan baik meskipun Yujin sangat kekanak-kanakan, Yujin selalu membuat perutnya kenyang dengan semua makanan nikmat yang ia buat, Yujin selalu meminjamkan uangnya saat Xiaoting belum mendapat kiriman dari orang tuanya, bahkan Yujin selalu membantu Xiaoting untuk mendapatkan Yurina meskipun akhirnya Xiaoting selalu gagal. Xiaoting akui ia sangat jahat pada gadis yang selalu ada untuknya.

“Pulang dari kampus gue harus minta maaf.” Gumam Xiaoting dan kini ia fokus untuk kuliah.

Tak dapat dipungkiri jika hatinya tak tenang, ia terus mengirimkan pesan pada Yujin namun tak ada balasan dari Yujin. Ini sudah 5 jam setelah pertengkaran tadi membuat Xiaoting ingin segera pulang.

Kabar gembir akhirnya datang, Xiaoting bisa pulang karena mereka tak jadi mengerjakan tugas kelompok sore ini. Xiaoting langsung mengendarai mobilnya dengan cepat agar bisa bertemu dengan Yujin. Tak jauh memang hanya memakan waktu 20 menit akhirnya Xiaoting sampai di rumah kontrakan mereka berdua.

“Ka, Oting pulang.” Teriak Xiaoting yang langsung menuju ke kamar Yujin.

Xiaoting membuka pintu kamar Yujin seperti biasanya, namun Xiaoting langsung diam membeku saat melihat kamar Yujin sudah bersih, tak ada satupun barang Yujin yang tersisa di sana. Kaki Xiaoting lemas, ia tau Yujin pasti pergi karena marah dengan ucapannya tadi. Xiaoting menemukan sebuah amplop di meja rias Yujin, ia langsung membukanya dengan mata berkaca-kaca.

Untuk Xiaoting

Ting... Hehe maaf ya aku harus pamit lewat surat ke kamu, soalnya aku tau kamu lagi marah pasti ga mau ketemu aku seperti biasanya. Aku pamit ya Ting, aku harus pergi soalnya aku dapat beasiswa lanjut S2 di Korea. Aku tau ini ga penting buat kamu malah kamu seneng aku pergi kan? Oting jahat ih, hehe.... Tuh kan aku nangis jadinya, dasar bayi nyebelin kerjaannya buat aku nangis terus. Ting jaga diri kamu baik-baik ya, kamu jangan telat makan lho soalnya ga ada yang masakin kamu. Aku cuma bisa berharap dan berdoa supaya Yurina balas perasaan kamu dan kalian bisa hidup bahagia berdua nantinya. Aku sayang dan cinta banget sama kamu meski aku sadar kalau kamu ga akan mau sama gadis dewasa kaya aku,hehe... Aku pamit ya, aku harap tadi pertemuan terakhir kita, jangan cari aku karena aku juga ga akan ganggu kamu lagi. Selamat tinggal Oting, bayinya Yujin ♥️

Xiaoting akhirnya menangis dan menitikan air matanya, kemana ia harus mencari Yujin? Bahkan selama mereka hidup satu atap Xiaoting tak pernah menanyakan rumah Yujin, Xiaoting hanya tau jika Yujin berasal dari kota kecil yang berada di profinsi Jawa Barat, Xiaoting tak pernah peduli dengan semua yang berkaitan dengan Yujin.

“Kak maafin gue. Hiks...” Menangis dan menyesal hanya itu yang bisa Xiaoting lakukan atas kehilangan terbesarnya saat ini. Bahkan harapan Yujin tentang dirinya dan Yurina tak akan pernah terjadi karena Yurina akan segera menikah dengan lelaki pilihannya itu.

Pada akhirnya hanya sebuah penyesalan yang Xiaoting rasakan saat ini, kehilangan seseorang yang amat baik dan mencintainya, tulus tanpa pamrih meski sering tersakiti. Yujin akhirnya memilih pergi dengan rasa yang tenang karena berhasil melepaskan, sejujurnya Yujin belum benar-benar pergi ke Korea karena ia masih mengikuti beberapa tes dan sleksi, hanya saja semua demi kebaikan hatinya sendiri yang sudah teramat lelah menahan seluruh rasa dihatinya. Biarkan Xiaoting bahagia dengan jalannya dan Yujin dengan mimpi dan cita-citanya.